Kamis, 13 Desember 2018

Makalah Landasan Pendidikan Tentang Aliran Essensialisme, Eksistensialisme, dan Perenialisme



MAKALAH ALIRAN
ESSENSIALISME, EKSISTENSIALISME  DAN PERENIALISME 
DALAM LANDASAN PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Landasan Pendidikan


Dosen Pengampu: M. Syahrul Rizal, M.Pd &

Sumianto, M.Pd






Disusun Oleh:

1. Handika





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG

2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kamipanjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya makalah ini. Dan tidak lupa pula kita kirimkanshalawat dan taslim atas junjungan Nabi besar Muhammad s.a.w. Karana Beliaulah sang revolusioner sejatiyang telah membawa kita dari alam yang gelap menuju alam yang terang menmerang seperti yang kita rasakan sekarang ini. Makalah yang yang saya buat ini berjudul “Aliran Esensialisme, Eksistensialisme dan Perenialisme”.

Sayaberharaptugas dalam bentuk makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupuan para pembaca.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas final yang berupa makalah ini, masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan tugas makalah yang saya buat ini.

Bangkinang, 06 November 2017 


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan.Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yaitu Fhilos dan Sophia.Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan.Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.

Kata lain dari flsafat adalah Hakikat dan Hikmah jadi kalau ada orang yang mengatakan, “Apa Hikmah dari semua ini”, berarti mencari latar belakang dalam kejadian sesuatu dengan kejadian secara filsafat, yaitu apa, bagaimana, dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.

Filsafat menela’ah hal-hal yang menjadi objeknya. Dari sudut intinya yang mutlak, terdalam tetapi tidak berubah, atau perenungan yang sedalam-dalamnyatentang sebab ada dan perbuat, kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai kepada mengapa yang penghabisan, menjawab pertanyaan terakhir, tidak dangkaldan dogma, melainkan kritis sehingga kita sadar akan kekaburan dan kekacauan pengertian sehari-hari.

Karena itu filsafat juga diartikan dengan berfikir dan merasa sedalam-dalamnya, maka perlu dijelaskan bahwa penulis mendialektikakan berfikir dengan merasa karena berfikir adalah kegiatan logika, sedangkan merasa adalah kegiatan estetika dan etika.Oleh karena itu uraian selanjutnya adalah menjelaskan filsafat pengetahuan, hal mana dalam pengetahuan tersebut terkandung ilmu (logika), moral (etika) dan seni (estetika).

Pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan Zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.

Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki rasionalitas berpikir untuk memecahkan masalahnya, baik berupa reaksi, aksi maupun keinginan (cita-cita). Pengertian masing-masing suatu kesimpulan sebagai belum final, valid, tidak mutlak dan lain sebagainya, memberi kebebasan untuk menganut atau menolak suatu aliran. Sikap demikian pra kondisi bagi perkembangan aliran-aliran filsafat, Diantaranya yaitu esensialisme, eksistensialisme, dan perenialisme.


B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian aliran Essensialisme, Eksistensialisme dan Perenialisme?

2. Apakah ciri-ciri aliran Essensialisme, Eksistensialisme dan Perenialise ?

3. Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme, Eksistensialisme dan Perenialisme?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui penegrtian dari aliran esensialisme dan perenialisme.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari aliran esensialisme dan perenialise.

3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran esensialisme, eksistensialisme, dan perenialisme 


BAB II 
PEMBAHASAN

A. Aliran Essensialisme

1. Pengertian Aliran Essensialisme

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama.Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme.Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan.Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu, yaitu zaman Renaisans.



2. Ciri-ciri Utama

Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme menurut William C. Bagley adalah :

· minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.

· pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.

· oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

· esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.



3. Tokoh- tokoh Aliran Esensialisme

· Desiderius Erasmus

Humanis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16, yang merupakan tikoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum Aristokrat.

· Johann Amos Comenius

Hidup di seputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki pandangan realitas dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.

· John Locke

Tokoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.

· Johann Henrich Pestalozzi

Sebagai seorang tokoh yang berpandangan naturalistis yang hidup pada tahun 1746-1827. Pestalozzi memiliki kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada manusia terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya.

· Johann Friederich Frobel

1782-1852 sebagai tokoh yang berpandangan kosmis-sintetis dengan keyakinannya bahwa manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian dari alam ini, sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam.

· Johann Friederich Harbert

Hidup pada tahun 1776-1841, sebagai salah seorang murid dari Immanuel Kant yang berpandangan kritis, Harbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapayan tujuan pendidikan oleh Harbert sebagai pengajaran yang mendidik.

· William T. Harris

Tokoh dari Amerika Serikat hidup pada tahun 1835-1909. Harris yang pandanganmya dipengaruhi oleh Hegel berusaha menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum.Tugas pendidikan baginya adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti, berdasarkan kesatuan spiritual.

B. Aliran Eksistensialisme

1. Pengertian aliran eksistensialisme

Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata “eks” yang berarti diluar dan “sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.

Adapun eksistensialisme menurut pengertian terminologinya adalah suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala sesuatu yang mengiringinya, dan dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada disekelilingnya, serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada di alam dunia ini dengan kesadaran. Disini dapat disimpulkan bahwa pusat renungan atau kajian dari eksistensialisme adalah manusia konkret.

2. Ciri-ciri aliran eksistensialisme

Menurut Harun Hadiwijono (1990) ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

· Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini adalah manusia. Oleh karena itu, filsafat ini bersifat humanitis.

· Bereksistensi harus diartikan bersifat dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan. Setiap manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaanya.

· Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih lagi pada manusia sekitarnya.

· Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret, pengalama yang eksistensial. Hanya arti pengalaman ini berbeda-beda. Heidegger memberi tekanan kepada kematian, yang menyuramkan segala sesuatu, Marcel kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang bermacam-macam seperti kematian, penderitaan, perjuangan dan kesalahan.

3. Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Eksistensialisme

· Karl Jaspers

Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri dan memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada jatidirinya kembali. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.

· Soren Aabye Kiekeegaard

Mengedepankan teori bahwa eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang kaku dan statis tetapi senantiasa terbentuk, manusia juga senantiasa melakukan upaya dari sebuah hal yang sifatnya hanya sebagai spekulasi menuju suatu yang nyata dan pasti, seperti upaya mereka untuk menggapai cita-citanya pada masa depan.

· Jean Paul Sartre

“Manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri”.Itu adalah salah satu statement dan mungkin bernilai teori yang terkenal darinya.

· Friedrich Nietzsche

Menurutnya manusia yang teruji adalah manusia yang cenderung melalui jalan yang terjal dalam hidupnya dan definisi dari aliran eksistensialisme menurutnya adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super dan yang mempunyai mental majikan bukan mental budak supaya manusia tidak diam dengan kenyamanan saja.

· Martin Heidegger

Inti pemikirannya adalah memusatkan semua hal kepada manusia dan mengembalikan semua masalah apapun ujung-ujungnya adalah manusia sebagai subjek atau objek dari masalah tersebut.

C. Aliran Perenialisme

1. Pengertian perenialisme

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.Perenialisme melihat bahwa akibat dari kehidupan zaman moderen telah menimbulkan krisis di berbagai bidang kehidupan umat manusia.Mengatasi krisis ini perenialisme memberikan jalan keluar berupa “kembali kepada kebudayaan masa lampau” regresive road to culture.

Oleh sebab itu perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modren ini kapada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal yang telah teruji ketangguhannya.

Asas yang dianut perenialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang terkiblat dua, yaitu (a) perenialisme yang theologis – bernaung dibawah supremasi gereja katolik.Dengan orientasi pada ajaran dan tafsir Thomas Aquinas – dan (b) perenialisme sekuler berpegang pada ide dan cita Plato dan Aristoteles.

2. Ciri- Ciri Perenialisme

· Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
· Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.
· Nilai bersifat tak berubah dan universal.
· Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman pertengahan (renaissance).

3. Tokoh-tokoh Aliran Perenialisme

· Plato
Dunia ideal bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan.

· Aristoteles
Mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari. Manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus

· Thomas Aquinas
Pendidikan adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif dan nyata yang timbul dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang mendukungnya pada tiap-tiap individu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.

Essentialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Dan praktek-praktek filsafat pendidikan Essentialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibandingkan jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu aliran yang ia sinthesakan itu. Ide pokok idealisme berprinsip tentang semesta raya dan hakekat sesuatu.Ide pokok realisme berprinsip realita itu ada jika independen terlepas daripada kesadaran jiwa manusia.

Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi.

Perenialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time” – abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu adalah aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.

Perenialisme lahir pada tahun 1930-an sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialsme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan suatu yang baru.Perenialisme memandang situasi didunia ini penuh kekacawan, ketikdak pastian dan ketidak teraturan, terutama pada kehidupan moral, intelektual dan sosial kultural.Maka perlu ada usaha untuk mengamankan ketidak beresan ini.

B. Saran

Saran yang dapat di sapaikan yaitu makalah ini asih jauh dari sepurna,jadi diharapkan kritikan dari para pebaa untuk kesepurnaan makalah ini, semoga makalah ini dapat beranfaat bagi para pembaca.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar