Kamis, 13 Desember 2018

Makalah Landasan Pendidikan Tentang Landasan Sosisal dan Kebudayaan Dalam Landasan Pendidikan


MAKALAH LANDASAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN DALAM
 LANDASAN PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Landasan Pendidikan

Dosen Pengampu: M. Syahrul Rizal, M.Pd &

Sumianto, M.Pd




Disusun Oleh:

1. Handika




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG

2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampuan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah saya yang berjudul “SOSIAL DAN BUDAYA“pada mata kuliah Landasan Pendidikan.

Kehidupan yang layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh setiap masyarakat, mereka selalu berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara-cara yang tidak semestinya dan bisa berakibat buruk.

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad saw atas petunjuk dan risalahnya. Yang telah membawa zaman kegelapan ke zaman terang benderang.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan khususnya para mahasiswa.

Bangkinang, November 2017





  Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan Penulisan.................................................................................



BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan.........................................................................

B. Landasan Sosial Budaya Pendidikan...............................................

C. Landasan Kebudayaan dalam Pendidikan.......................................

D. Sosial Budaya Pada Pendidikan Indonesia.....................................

E. Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pendidikan...............................

F. Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan.............................

G. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan budaya...

H. Fakator-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan....

I. Analisis Isu-Isu Sosial Budaya dalam Pendidikan Dasar................

J. Tingkat Pengangguran Negara Korea Selatan.................................



BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................

B. Saran ............................................................................................... 

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
 

A. Latar Belakang

Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Aspek sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Budaya mengacu tentang apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya serta bentuk yang diinginkan. Sama halnya dengan aspek sosial, aspek budaya sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari, kegiatan-kegiatan serta bentuk-bentuk pendidikan merupakan unsur budaya pendidikan.Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka juga budaya. Dengan demikian sosial budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri (Pidarta Made, 1997:144-145).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu, Bagaimana landasan sosial budaya dalam pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penyusunan makalah ini guna untuk mengetahui tentang landasan sosial budaya pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN



A. Hakikat Pendidikan

Pendidikan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kita mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mereka mampu menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya. Secara teroritis dan fisiologis tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi anak menjadi seorang dewasa yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.

Pendidikan pada hakikatnya adalah kegiatan sadar dan disengaja secara penuh tanggung jawab yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan yang dilakukan secara bertahap berkesinambungan di semua lingkungan yang saling mengisi (rumah, sekolah, masyarakat)

B. Landasan Sosial Budaya Pendidikan

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok dan stuktur sosialnya, selain mempelajari cara manusia berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya serta susunan dan keterkaitan unit-unit masyarakat atau unit sosial dalam suatu wilayah(PidartaMade, 1997:145).

Sosiologi pendidikan membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.Wuradji (1998) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi: (1) interaksi guru siswa, (2) dinamika kelompok dikelas dan di oerganisasi intra sekolah, (3) struktur dan fungsi sitem pendidikan, dan (4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan(PidartaMade, 1997:146).

Dapat pula dikatakan ilmu sosiologi pendidikan ini merupakan analisa ilmiah terhadap proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Pembentukan karakter berdasarkan interaksi sosial melalui empat bentuk :

1. Imitasi (peniruan)

Imitasi bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif.Missal anak meniru orangtuanya atau gurunya berpakaian rapi, maka anak ini sudah mensosialisasi diri secara positif baik pada ortu maupun gurunya. Sebaliknya jika anak meniru orang lain minum minuman keras, maka ia melakukan sosialisasi negatif, ia masuk ke kelompok orang yang minum minuman keras.

2. Sugesti (meniru melalui himbauan atau paksaan)

Sugesti akan terjadi kalau seoang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas. Misal di sekolah yang berwibawa guru, berwenang kepala sekolah, dan mayoritas pendapat sebagian besar temannya.Sugesti ini memberi jalan bagi anak untuk mesosialisasi dirinya.Namun kalau anak terlalu sering mensosialisasi lewat sugesti dapat membuat daya pikir yang rasional terhambat.

3. Identifikasi (meniru berdasarkan hal-hal kecocokan dalam diri subyek)

Kata identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama. Anak bisa bisa saja mengidentifikasi gurunya dalam melompat tinggi sebab guru itu juara dalam lompat tinggi. Atau anak lain akan mengidentifikasi guru wanita yang cantik. Anak ini ingin secantik gurunya, paling sedikit dalam caranya berdandan.

4. Simpati (meniru berdasarkan kesenangan)

Simpati adalah factor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi saat seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Factor perasaan memegang peranan penting dalam simpati(Pidarta Made,1997 :147-148).


C. Landasan Kebudayaandalam Pendidikan

Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan.Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan atau pertimbangan bagi anak dalam mengembangkan dirinya. Ada kalanya bagian budaya akan dipakai terus, ataupun akan dibuang dan diganti yang baru. Hal ini bergantung pada pembinaan pendidik, pengaruh lingkungan, dan hasil penilaian anak itu sendiri(Pidarta Made,1997 :161-162).

Pengertian kebudayaan menurut beberapa para ahli:

1. Menurut Taylor, kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh orang sebagai masyarakat.

2. Menurut Hasan, kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi terhadap oleh kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kepandaian.

3. Menurut Kneller, kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat.

Berdasarkan dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan dari cara hidup manusia dalam hidup bermasyarakat yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral, adat istiadat, kesenian, serta kebiasaan yang di peroleh orang sebagai masyarakat.

Menurut Imran Manan(1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan, yaitu: (1) Gagasan, (2) Ideology, (3) Norma, (4) Tehnologi, (5) Benda, agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu: (1) Kesenian, (2) Ilmu, Dan (3) Kepandaian.

Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu:

1. kebudayan umum, misal kebudayaan Indonesia

2. kebudayan daerah, misal kebudayaan jawa, bali, sunda, batak dan sebagainya

3. kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayan terdahulu. Contoh: lagu popular, model film musiman, mode pakaian, dan sebagainya.

Ahli lintas budaya, Richard Brislin (1993) menjelaskan sejumlah karakteristik budaya:

1. Budaya di bentuk dari konsep ideal, nilai, dan asumsi tentang kehidupan yang menuntun perilaku orang

2. Budaya terdiri dari aspek-aspek lingkungan yang dibuat orang

3. Budaya diteruskan dari generasi ke generasi

4. Pengaruh budaya paling terlihat dalam benturan yang bertujuan baik antara orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda

5. Walaupun ada kompromi, nilai-nilai budaya masih bertahan

6. Ketika nilai budayanya dilanggar, orang bereaksi secara emosional

7. Bukan sesuatu orang yang aneh bagi seseorang untuk menerima nilai budaya (Santrock.John W, 2007:277).

Kerber dan Smith (Imran Manan,1989) menyebutkan ada 6 fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu:

1. Penerus keturunan dan pengasuh anak.

2. Pengembangan kehidupan ekonomi

3. Transmisi budaya

4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Maha Esa

5. Pengendalian sosial dan,

6. Rekreasi


D. Sosial Budaya pada Pendidikan Indonesia

Budaya pemikiran sebagian masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Misal dalam kasus pendidikan anak usia dini sendiri, bahwa dahulu masih banyak masyarakat yang belum mengerti dan paham akan betapa pentingnya PAUD bagi anak usia dini sebagai bekal mereka untuk jenjang memasuki pendidikan SD atau pendidikan formal setara.

Tapi dengan adanya pengarahan dari pemerintah kesadaran akan pentingnya PAUD tahun-tahun belakangan ini mendapatkan perhatian yang cukup menggembirakan dari berbagai kalangan masyarakat, pemerintah, pihak swasta, orang tua, akademisi, praktisi pendidik, agamawan dan lain-lain.Wujud kepedulian itu dimanifestasikan dengan terbentuknya berbagai lembaga pendidikan anak usia dini yang didirikan oleh masyarakat, namun pembangunan pada sektor pendidikan anak usia dini ini tidak lepas dari kendala yang di temui dilapangan sehingga perkembangan pendidkan anak usia dini di indonesia belum dapat dikatakan telah optimal, kendala-kendala tersebut berkaitan dengan kemampuan pemerintah dan masyarakat, pengelola dan mutu pendidikan anak usia dini.Masalah-masalah yang di hadapi adalah:

1) Belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pendidikan anak usia dini

2) Kurang kualitas dan kuantitas guru/pamong pendidikan anak usia dini

3) Kurang mutu pendidikan anak usia dini

4) Kurangnya animo masyarakat/kesadaran orang tua tentang urgensi pendidikan anak usia dini

5) Kebijakan pemerintah tentang pendidikan anak usia dini yang belum memadai.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui Depdiknas sejauh ini adalah mendirikan pusat-pusat pendidikan anak usia dini di daerah-daerah, termasuk di daerah tertinggal namun keberadaan pusat-pusat pendidikan anak usia dini ini masih sangat minim dibandingkan dengan tingkat kebutuhan masyarakat.


E. Pengaruh Sosial Budaya terhadap Pendidikan

Setelah membahas tentang sosiologi, kebudayaan, masyarakat, serta kondisi masyarakat Indonesia dikaitkan dengan pendidikan, maka ditemukan pengaruh sosial budaya terhadap pendidikan pendidikan, yaitu:

a. Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang.

b. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh masyarakat, termasuk wakil orang tua anak, untuk memajukan pendidikan

c. Proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan

d. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar

e. Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup manusia yang diciptakan manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak

f. Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan, yaitu dari sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas.

g. Untuk itu kebudayaan perlu ditertibkan, dengan cara:

i. Tayangan televisi, terutama TV swasta

ii. Memberantas kebudayaan yang merusak remaja seperti minuman keras, narkotika, mengurangi dan mengawasi tindakan klub malam, dan menangkal perkelahian.

h. Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Dengan cara ini sekolah keejuruan akan lebih diminati.

i. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat setempat

j. Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok.



F. Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan

Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :

1. Kelompok-kelompok dan struktur sosialnya, Dalam sosiologi.

Perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai, yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan. Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak di sekolah. Wuradji mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi.

Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Pendidikan adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah (berkembang) dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Dan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan formal, informal, maupun non formal (ada istilah lain yang menyebutkan ketiga istilah tersebut, yaitu pendidikan sekolah.

2. Pendidikan luar sekolah.

Perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendidikan, dan tidak terkecuali Pendidikan. Kebudayaan dan Pendidikan Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan- kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989) Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisikan :

a. norma- norma,

b. folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan

c. mores. Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut : (1) Gagasan, (2) Ideologi, (3) Norma, (4) Teknologi, dan (5) Benda.

Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :

a. Kesenian,

b. Ilmu dan

c. Kepandaian.

Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia,

b. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya dan

c. Kebudayaan popular, yaitu suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata- rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.

3. Perubahan kebudayaan

Perubahan kebudayaan disebabkan oleh:

a. Originasi atau penemua-penemua baru,

b. Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama,

c. Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman.

Upaya bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan pendidikan dasar sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dpat digunakan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan orientasi pendidikan juga akan terjadi. Jika kita melihat perubahan sosial sebagai dampak dari berkembangnya teknologi adalah dengan sangat mudahnya mengakses internet yang bagi masyarakat yang tidak agamis dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif, kita juga bisa menyaksikan banyaknya kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran, dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan dengan norma agama Islam sebagai dampak dari perubahan sosial, karenanya sangat diperlukan sistem Pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia (masyarakat) untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah dengan terus dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan, juga berdampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu (quality oriented), yaitu tuntutan akan peningkatan

4. Kualitas Pembelajaran Yang Berkelanjutan

Menuju kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang berkualitas. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada pendidikan dan Pendidikan pada khususnya, namun tidak semua perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan sosial yang menghasilkan akbit buruk bagi dunia Pendidikan , berikut sisi positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan :

a. Dampak positif Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi Pendidikan adalah dapat meningkatnya taraf Pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi perubahan sosial tersebut dengan mengacu pada ajaran-ajaran Islam.

b. Dampak negatif Sedangkan dari sisi negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah ketidaksiapan Pendidikan menerima perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga Pendidikan harus lebih siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus menerus berubah. Apalagi dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat yang membuat banyaknya pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan cara hidup anak-anak muslim. Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana saja, menjadi tantangan tersendiri bagi Pendidikan untuk mengantisipasinya, jika Pendidikan tidak siap terhadap perubahan tersebut maka,

5. Pendidikan akan tergusur.

Tetapi tidak jika para pegiat Pendidikan senantiasa berinnovasi dan berkreasi dalam mengantisipasi perbuhan tersebut, dengan tentunya tidak terlepas dari tuntunan ajaran Islam. Pengaruh perubahan sosial yang lainnya terhadap Pendidikan adalah terjadinya transformasi pemikiran dalam Pendidikan, seiring dengan perubahan- perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga Pendidikan juga mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena adanya persepsi bahwa Islam sebagai penghambat perubahan, Islam dituduh sebagai tatanan nilai yang tidak bisa berdampingan dengan kemajuan dan sains modern. Jelas semua anggapan tersebut salah karena ajaran Islam sangat sesuai dengan perkembangan zaman dan mendukug perkembangan sains (sains yang value bound, bukan yang free of value), karena pada hakekatnya perkembangan dan kemajuan sains harus sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Dalam hal yang lebih kongkrit pengaruh perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah ketika perubahan sosial membawa kepada perbaikan ekonomi masyarakat dan menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan akan hasil teknologi seperti komputer/laptop, maka ketika seorang anak yang mendapat tugas dari gurunya untuk membuat karya tulis sederhana yang bahannya tersedia lewat internet, maka secara langsung dan jelas perubahan sosial. Kita juga melihat perkembangan lembaga Pendidikan yang berorientasi pada IPTEK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat, sehingga banyak visi sekolah/madrasah yang mengedepankan orientasi IPTEK, karena disisi lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi masa depan.

Jelas, bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat berdampak pada Pendidikan. Pesantren modern adalah salah satu bentuk lembaga Pendidikan yang mencoba mengakomodasi keinginan masyarakat akan mutu manusia yang beriman sekaligus juga berwawasan keilmuan, sehingga selain dipelajari bahasa Arab sebagai modal utama dalam mengkaji ilmu keislaman dari sumber yang menggunakan bahasa Arab, juga bahasa asing dunia lainnya terutama bahasa Inggris sebagai antisipasi terhadap perubahan sosial yang mengedepankan kemampuan individu yang komprehensif. Bahkan banyak sekolah/madrasah yang diberi lebel “Model” yang oleh pemerintah disiapkan untuk membentuk dan menyiapkan sumber daya manusia yang Islami sekaligus tidak gagap teknologi dan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah lembaga Pendidikan juga berubah atau berkembang menurut keadaan masyarakat, kalau pada saat Islam masuk dan berkembang di Nusantara, Islam diajarkan melalui lembaga surau, namun ketika masyarakat berubah, maka Islam sekarang juga diajarkan melalui pendidikan formal (jalur sekolah). Perubahan sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip Pendidikan di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat dari orientasi agama kepada orientasi dunia kerja, sehingga Pendidikan dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama.

Yang melaksanakan Pendidikan di masayarakat tidak mengantisipasi perubahan sosial tersebut, karena bisa saja Pendidikan dimasayarakat mempersiapkan SDM/lulusan yang siap kerja dan siap membuka lapangan pekerjaan.



G. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan Budaya

1. Sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:

a) Bertambah dan berkurangnya penduduk

b) Penemuan-penemuan baru

c) Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat

d) Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakt itu sendiri

2. Sebab-sebab yang berasal dai luar masyarakat

a) Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada disekitar manusia

b) Peperangan dengan negara lain

c) Pengaruh kebudayan masyrakat lain.



H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan

1. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan

a) Kontak dengan kebudayaan lain

b) sistem pendidkan yang maju

c) sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

d) sistem lapisan masyarakat yang terbuka

2. Faktor-faktor yang mengahambat terjadinya perubahan

a) Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

b) Perkembangan ilmu pengetehuan yang terlambat

c) Sikap masyarakat yang tradisonalistis dan sikap pasrah masyarakat


I. Analisis isu-isu sosial budaya dalam pendidikan dasar

Sebagaimana telah dikemukakan pada Kegiatan Belajar 1 bahwa konsep sosial politik adalah dua ilmu, yaitu sosiologi dan politik yang terintegrasikan yang membabahas terkait permasalahan kemasyarakatan dankenegaraan. Maka, pada Kegiatan Belajar 2 ini kita lanjutkan pada konsepsosial budaya. Sama halnya dengan konsep sosial politik yang terdiri dari dualimu yang terintegrasikan, yaitu ilmu sosiologi dan budaya. Calon pakarpendidikan dasar perlu mengetahui isu-isu sosial budaya yang terjadi diIndonesia, sehingga mulai pendidikan tingkat rendah ditanamkan nilai-nilaisosial budaya. Akhir-akhir ini menjadi keresahan di berbagai dunia pendidikan terkait penggunaan bahasa yang kasar oleh siswa maupunmahasiswa, tawuran, pelanggaran lalu lintas, narkoba dan lain sebagainya.

Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengansistem hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompokorang yang di dalamnya sudah tercakup struktur organisasi, nilai-nilai sosial dan aspirasi hidup serta bagaiman cara mencapainya. Arti budaya, kultur ataukebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya secaratimbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang di dalamnya sudahtercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa dan karya, baik yang fisik,materiil maupun yang psikologis, idiil, dan spritual.

Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 pengertian sosial budaya mencakup:

1. Segi kemasyarakatan, pengertian kemasyarakatan pada hakikatnya adalah merupakan pergaulan hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenganggungan dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu kelompok sosial.

2. Segi Kebudayaan. Hakikat budaya adalah sistem nilai yang merupakanhasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yangmenumbuhkan gagasan-gagasan utama serta kekuatan pendukung danpenggerak kehidupan.

Jadi dapat kita simpulkan bahwasanya pengertian sistem sosial budaya merupakan suatu keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tatalaku manusia yang saling berkaitan dan masing-masing unsur bekerja secaramandiri serta bersama-sama satu sama lain saling mendukung untukmencapai tujuan hidup manusia dalam masyarakat. Isu-isu sosial budaya dalam penganalisaannya dapat dilihat dari berbagaiperspektif pendekatan. Pendekatan fungsionalisme struktural atau lebihpopular dengan struktural fungsional merupakan hasil pengaruh yang sangatkuat dari teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yangdiadopsi dari ilmu yang menekankan pengkajiannya tentang cara-caramengorganisasikan dan mempertahankan sistem.

Fungsionalisme struktural atau analisa sistem pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep namun yang paling penting adalah konsep fungsi dankonsep struktur. Perkataan fungsi digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, menunjukkan kepada aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Robert Nisbet menyatakan bahwa fungsionalisme struktural adalah satu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Dalam fungsionalisme struktural dan fungsional tidak selalu perlu dihubungkan, meski keduanya biasanya dihubungkan. Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa memperhatikan fungsinya atau akibatnya terhadap struktur lain. Pembahasan teori fungsionalisme struktural Parson diawali dengan empat skema penting mengenai fungsi untuk semua sistem tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema AGIL.

Menurut Parson ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua system sosial, meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G), integrasi (I), dan Latensi (L).

Empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua sistem agar tetap bertahan (survive). Berikut penjelasan setiap fungsi.

a. Adaptation: fungsi yang amat penting di sini sistem harus dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat,dan sistem harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapatmenyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.

b. GoalAttainment: pencapainan tujuan sangat penting, di mana sistemharus bisa mendifinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

c. Integration: artinya sebuah sistem harus mampu mengatur dan menjagahubungan antar bagian-bagian yang menjadi komponennya, selain itumengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).

d. Latency: laten berarti sistem harus mampu berfungsi sebagai pemeliharapola. Sebuah sistem harus memelihara dan memperbaiki motivasi polapolaindividudankultural.

Stuktur sosial dan anomie salah satu sumbangan Merton paling terkenal terhadap fungsionalisme struktural dan terhadap sosiologi pada umumnya (Adler dan Laufer, 1995; Merton, 1995; Menhard, 1995) perlu dicatat bahwakarya Merton tentang anomie tersirat sikap kritis terhadap stratifikasi sosial (misalnya, blockade terhadap sumber sesuatu yang dibutuhkan masyaraka).Oleh karena itu, ketika David dan Moore menyetujui stratifikasi sosial karyaMerton justru mengindikasikan fungsionalisme struktural dapat bersifat kritis terhadap stratifikasi sosial.

Pendekatan-pendekatan tersebut dapat dijadikan pisau analisa dalammemahami dan memecahkan masalah dalam isu-isu sosial budaya diIndonesia yang berbagai macam. Salah satu isu sosial budaya Indonesiaadalah “Integrasi Nasional” mewujudkan masyarakat Indonesia yang pluralsebagai suatu sistem sosial sosial budaya (suatu kesatuan) memang bukan halyang mudah. Dengan demikian implementasi nilai-nilai Pancasila ke dalamsistem sosial budaya Indonesia bukan tanpa memerlukan waktu. Pada masa kini, gejala aneka warna masyarakat Indonesia masihmerupakan realita, maka memupuk persatuan dan kesatuan bangsa denganlebih dahulu mengakui dan menghormati semua variasi kebudayaan yang adadi negara Indonesia kemudian mencoba mencapai pengertian sebanyakmungkin aneka warna manusia dan kebudayaan di Indonesia.

Pluralitas masyarakat Indonesia yang terbentuk sejak awal ternyatamengendalikan proses pengintegrasian horisontal bangsa Indonesia,sedangkan stratifikasi (pelapisan) sosial yang telah mengkristal secara alami,menghambat tumbuhnya integrasi yang vertikal. Kebhinekaan yang relatiflestari tersebut, pada sisi yang lain, menguatkan latenitas sumber konflik,yang pada gilirannya tak mengenakkan pembangunan sosial, politik, danekonomi. Konflik adalah bawaan suatu bangsa, apalagi dengan sifat yangbhineka. Akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi upaya kita untuk mencarifaktor-faktor yang mampu mengintegrasikan bangsa ini sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh untuk berkata satu bahasa dan bertindak satuperilaku yang selaras. Apabila memperhatikan bangsa dan negara lain yang juga plural dansedang memahami konflik karena faktor bahasa maka sangat beruntungkiranya bahwa masyarakat Indonesia telah memiliki satu bahasa yang beradadi atas bahasa-bahasa daerah, yang sudah tentu mempunyai daya integrasi.

Selanjutnya, bersama-sama dengan tumbuhnya konsensus nasionalmengenai nilai-nilai nasionalisme Pancasila yang senantiasa bertanggapansecara dinamis dengan mekanisme pengendalian konflik yang bersifatcoercive, maka struktur masyarakat Indonesia yang majemuk itu telahmenjadi landasan mengapa masyarakat Indonesia tetap dapat lestari darimasa ke masa padahal tantangan dan pertentangan begitu banyak.

Masalah sosial budaya semakin hari terus meningkat yang mengancamintegrasi bangsa Indonesia seperti kasus tawuran di berbagai kalangan, kasuspenggunaan bahasa kasar, pelanggaran lalu lintas, narkoba, konflik agama,dll. Tugas Anda memilih masalah-masalah sosisal budaya yang sesuaidengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik SD.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sosial budaya sangat berperan dalam proses pendidikan oleh karena itu kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi dukungan yang positif agar pendidikan menjadi agen pembangunan di masyarakat.Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal yang berkenaan dengna masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial (kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik.

Pudjiwati Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa kebosanan manusia adalah penyebab suatu perubahan. Perubahan sosial budaya yang terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip Pendidikan di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat. orientasi agama kepada orientasi dunia kerjasehingga Pendidikan dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.

B. SARAN

Agar hidup bermasyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial budaya maka sudah seharusnya kita sebagai pemerintah/sekolah,orang tua siswa, dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan dari segi sosial budaya.

Dalam pembahasan materi di atas mengenai social budaya dalam pendidikan mungkin masih banyak kekurangan, baik di segi penulisan ataupun di dari penyusunan kalimat dan kata-katanya,oleh sebap itu kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya kepada dosen dan mahasiswa semua, sebagai penyempurna kami mengharap kritik dan saran yang positif dari teman-teman semua.Kepada semua stake holder disekolah agar senantiasa melakukan inovasi dalam pendidikan guna mengantisipasi tuntutan masyarakat akan sekolah yang baik dengan indikasi bahwa sekolah tersebut tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang pesat.


DAFTAR PUSTAKA

Bratakusumah, Deddy Supriady & Solihin,Dadang.(2001). Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta: Penerbit PT GramediaPustaka Utama.

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan Jakarta: PT Rineka Cipta.

Paudasy, syifa. (2002). [online]. Analisis permasalahan pendidikan anak. Tersedia:

http://paudasy-syifa.blogspot.com/p/analisis-permasalahan-pendidikan-anak.html. [diakses, 27 November 2017]

Santrock, John W. 1996. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sumarsono dkk. 1986. Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka.

Salim, Agus. (2002). Perubahan Sosial Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Silfigustomi. (2013). [online]. Landasan sosial budaya pendidikan. Tersedia:http://silfigustomi.blogspot.com/2013/03/landasan-sosial-budayapendidikan.html.[diakses, 27 November 2017]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar