MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Landasan Pendidikan
Dosen Pengampu: M. Syahrul Rizal, M.Pd &
Sumianto, M.Pd
Disusun Oleh:
1. Handika
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur dengan hati dan pikiran
yang tulus dipanjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmat
dan
hidayah-Nya, makalah
Landasan Pendidikan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing M. Syahrul Rizal, M.Pd. dan Sumianto, M.Pd. yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, motivasi, dan berbagai kemudahan lainnya. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan.
Disadari
bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan atau kesalahan, baik dari segi
isinya, bahasa, analisa dan lain sebagainya. Untuk itu saran, kritik, dan
perbaikan yang membangun dari pembaca dengan senang hati penulis terima
diiringi ucapan terima kasih.
Wassalaamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Bangkinang, September 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................. i
DAFTAR ISI
............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah
........................................................................... 2
C.
Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. EPISTIMOLOGI............................................................................. 3
B. AKSIOLOGI................................................................................... 5
C. ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN.............................................. 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan ..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan upaya
nyata untuk memfasilitasi individu lain, dalam mencapai kemandirian serta
kematangan mentalnya. Pendidikan dapat diartikan pengaruh bimbingan dan arahan
dari orang dewasa kepada orang lain, untuk menuju kearah kedewasaan,
kemandirian serta kematangan mentalnya. Selain itu Pendidikan merupakan
aktivitas untuk melayani orang lain dalam mengeksplorasi segenap potensi
dirinya, sehingga terjadi proses perkembangan kemanusiaannya agar mampu
berkompetisi di dalam lingkup kehidupannya.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003
Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir
memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia
dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama
didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu
direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan
berbagai sistem pendukung yang disiapkan. Berlangsung kontinyu artinya
pendidikan itu terus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses
pendidikan itu akan tetap dibutuhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak
memerlukan lagi suatu proses.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
itu epistimologi ?
2. Apa
itu aksiologi ?
3. Apa
saja aliran-aliran pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu epistimologi.
2. Untuk
mengetahui apa itu aksiologi.
3. Untuk
mengetahui apa saja aliran-aliran pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. EPISTIMOLOGI
1. Pengertian
Epistimologi
Secara bahasa
(etiologi) epistemologi ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “episteme” dan
“logos. Episteme berarti pengetahuan sedangkan logos berarti teori, uraian atau
alasan. Jadi epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan
(teori of knowledge). Sedangkan dalam segi
istilah epistemologi merupakan suatu cabang filsafat yang mengkaji
secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan
validitas pengetahuan.[1]
2. Epitimologi
dan Pendidikan
Epistemologi seperti
halnya metafisika berada pada dasar pemikiran dan aktivitas manusia.
Sistem-sistem pendidikan bersinggungan dengan pengetahuan dan karena itu
epistemologi merupakan determinan utama paham-paham dan praktil-praktik
kependidikan. Epistemologi memberi pengaruh langsung berkenaan dengan
komunikasi pengetahuan dari satu orang ke orang lain juga akan berpengaruh
terhadap metodologi pengajaran dan fungsi guru dalam konteks edukatif.[2]
Secara tata bahasa, konsep epistemologi pendidikan disusun menurut kaidah
subyek-obyek. Epistemologi sebagai subyek dan pendidikan sebagai obyek. Konsep
epistemologi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha mencari tahu
tentang asal-usul, jangkauan wilayah dan arah dari perkembangan ilmu pendidikan
sebagai suatu obyek penelitian serta ditelaah secara sistematis, koheren dan
konsisten dari awal sampai akhir.
3. Dasar
dan Tujuan Pendidikan Nasional
Epistemologi
memandang pendidikan sebagai ide, gagasan, dan pemikiran yang berdasarkan
kaidah tertentu secara metodologis dan sistematis. Semakin ketat satu sistem
bahasan pendidikan dalam mematuhi persyaratan ilmiah maka ia menduduki
peringkat tertinggi dalam sistem ilmu pendidikan. Bahasan seperti itu dapat
disebut sebagai ilmu pendidikan. Apabila semakin toleran dan bebas satu sistem
bahasan pendidikan dalam mematuhi persyaratan ilmiah maka ia menduduki
peringkat terendah, bahasan seperti ini berhak disebut pengetahuan pendidikan.
Pandangan ilmu pengetahuan mengenai pengertian pendidikan yaitu bahwa
pengertian pendidikan bersifat terbatas. Pendidikan sebagai suatu sistem ilmu
pengetahuan membentang luas ide, gagasan, dan pemikiran manusia. Akan tetapi,
apabila kita kumpulkan dan ditarik sebuah pengertian umum maka kita dapat
menyimpulkan bahwa pada prinsipnya pendidikan adalah segala sesuatu yang
mengalami proses perubahan kearah yang lebih baik dari proses sebelumnya.
Pendidikan
Nasional menurut Sunarya (1969) adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup dan tujuannya bersifat mengabdi
kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut. Sedangkam menurut
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pengertian pendidikan nasional adalah
suatu usaha untuk membimbing warga Indonesia menjadi manusia yang berjiwa
pancasila, yang mempunyai kepribadian yang berdasarkan akan ketuhananan
berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan lingkungan sekitar dengan sebaik
mungkin.
Berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional adalah usaha sadar untuk
mempersiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan nasional mempunyai tujuan yanng
jelas yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya
(manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa), berbudi pekerti
luhur, mempunyai pengetahuan dan ketrampilan, mempunyai kepribadian yang mantap
dan mandiri serta bertanggung jawab pada masyarakat dan negara. Berdasarkan
tujuan pendidikan nasional dilaksanakan proses pendidikan nasional, yaitu
setiap lima tahun sekali biasanya ditetapkan tujuan pendidikan nasional itu
dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dijelaskan dalam GBHN.
Menurut Zahar Idris (1987) berpendapat bahwa Pendidikan nasional sebagai suatu
sistem adalah karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yan mepunyai
hubungan fungsionl dlam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau
perubahan tingkah laku seseoang sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum
dalam Undang Undang Dasar Republik ndonesia Tahun 1945.
B. AKSIOLOGI
1. Pengertian
Aksiologi
Pengertian
aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa yunani “axios”yang berarti
bermanfaat dan “logos” berarti ilmu pengetahuan atau ajaran (Salim, 1986:53).
Secara istilah, aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat
nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan (Katts off, 1992:327). Sedangkan
Sarwan (1984:22) menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat
tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan
kebenaran). Dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi
dari nilai-nilai etika dan estetika.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Bramel,
aksiologi terbagi tiga bagian :
Ø
Moral conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini
melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
Ø
Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang
ini melahirkan keindahan.
Ø
Socio-politcal life, yaitu kehidupan sosial politik.
Bidang ini melahirkan filsafat sosial politik.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan
bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation. Ada
tiga bentuk value dan valuation, yaitu:
·
Nilai sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian
yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian
yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran
dan kesucian.
·
Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya
ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk
merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem
nilai dia. Kemudian dipakai untuk sesuatu yang memiliki nilai atau bernilai
sebagaimana berlawanan dengan sesuatu yang tidak dianggap baik atau bernilai.
·
Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam
ekspresi menilai, memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan
evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat
dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang
dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Keterlibatan antara aksiologi
dengan pendidikan adalah bagaimana caranya kita menguji dan menggabungkan nilai
tersebut kedalam kehidupan kita sehari-hari dan menanamkannya ke dalam tubuh
seseorang. Menjelaskan mengenai pemahaman mana yang baik dan mana yang buruk
pun kepada seseorang merupakan tugas pendidikan. Pendidikan harus menjelaskan
secara komperehensif dalam arti dilihat dari segi etika, estetika, dan nilai
sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai tersebut tergabung dan saling
berinteraksi.
2. Aksiologi
Dalam Pendidikan
Telah dijelaskan
bahwa aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang
ditinjau dari sudut kefilsafatan atau studi tentang hakikat tertinggi,
realitas, dan arti dari nilai-nilai. Penerapan aksiologi sebagai nilai-nilai
dalam dunia pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut :
Ø
Aliran filsafat progressivisme
Aliran ini telah memberikan sumbangan
yang besar terhadap dunia pendidikan karena meletakkan dasar-dasar kemerdekaan,
dan kebebasan kepada anak didik, (Hamdani, 1993:146).
Ø
Aliran essensialisme
Aliran ini berpandangan bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal
peradaban manusia. Essensialisme
memandang bahwa seorang pembelajar memulai proses pendidikannya dengan memahami
dirinya sendiri. Kemudian bergerak keluar untuk memahami dunia objektif.
Ø
Aliran perenialisme
Aliran ini berpandangan bahwa
pendidikan sangat dipengaruhi oleh pandangan tokoh-tokoh seperti Plato,
Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Menurut Plato manusia secara kodrati memiliki
tiga potensi yaitu nafsu, kemauan, dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi
pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap
lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Sedangkan Aristoteles lebih menekankan pada
dunia kenyataan. Tujuan pendidikan adalah kebahagiaan untuk mencapai tujuan
itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan secara
seimbang.
Menurut Robert Hutchkins dalam
(Jalaluddin, 1997:96) bahwa manusia adalah animal rasionale, maka tujuan
pendidikan adalah mengembangkan akal budi agar seseorang dapat hidup penuh
kebijaksanaan demi kebikan hidup itu sendiri.
Ø
Aliran rekonstruksionisme
Aliran ingin merombak kebudayaan lama
dan membangun kebudayaan baru melalui lembaga dan proses pendidikan.
C. ALIRAN-ALIRAN
PENDIDIKAN
1. Pengertian
Aliran-aliran Pendidikan
Aliran-aliran
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia
pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu ditanggapi dengan pro
dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan
demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu
aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon
tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
2. Macam-macam
Aliran Pendidikan
a)
Aliran-aliran klasik dalam pendidikan
·
Aliran empirisme
Kata empirisme
berasal dari bahasa latin empericus yang memiliki arti pengalaman
(Idris, 1987: 30). Kemudian, John Lock seorang filsuf dari Inggris (Purwanto,
2000: 16) berpandangan bahwa empirisme, adalah aliran atau paham yang
berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari
pengalaman (empiri) yang masuk melalui indra. Selain itu, dalam bukunya yang
berjudul Essay Concerning Human Understanding, ia mengatakan bahwa tak
ada sesuatu dalam jiwa, yang sebelumnya tak ada dalam indera. Dengan kata lain:
Tak ada sesuatu dalam jiwa, tanpa melalui indra (Soejono, 1987: 19). Pendapat
ini sebetulnya telah jauh dikemukakan oleh Plato (Husaini et. al., 2013:
4) yang menyatakan bahwa ada dua cara untuk mengajarkan atau mengenalkan
pengetahuan. Pertama adalah pengenalan indrawi (empiris) dan yang kedua adalah
pengenalan melalui akal (rasional).
Selain pendapatnya
di atas, John Lock (Purwanto, 2000: 16) sebagai tokoh utama dari aliran ini,
mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas
putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah
teori tabulara (a sheet of white paper avoid of all characters). Menurut aliran
ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa
seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk
sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.
·
Aliran nativisme
Kata nativisme
berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti terlahir (Idris, 1987: 31). Dalam
wikipedia bahasa Indonesia (wikipedia.org),
dijelaskan bahwa nativisme adalah aliran pendidikan yang berpandangan bahwa
keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan tertentu bersifat alamiah
atau sudah tertanam dalam otak sejak lahir. Arthur Schopenhauer (Blog Swandika
2011) beranggapan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat
diubah oleh alam sekitar ataupun pendidikan. Dengan tegas Arthur Schaupenhaur
(Blog Swandika 2011) menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik
akan menjadi baik.
Jadi, menurut
aliran ini, pengetahuan seseorang sepenuhnya dipengaruhi oleh pembawaan lahir
dan gen yang diturunkan oleh kedua orang tua. Pendidikan yang diberikan
haruslah disesuaikan dengan bakat dan pembawaan anak didik itu sendiri. Teori
ini percaya bahwa lingkungan pendidikan maupun lingkungan sekitar yang telah
direkayasa oleh orang dewasa tidak akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang
pengetahuan manusia. Dengan kata lain aliran ini menekankan bahwa pemerolehan
pengetahuan manusia hanya berasal dari dalam (internal).
·
Aliran konvergensi
Konvergensi
berasal dari bahasa Inggris dari kata convergenry, artinya pertemuan
pada satu titik. Zahara Idris (1987:33) mengatakan bahwa aliran ini
mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara
nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan
lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi
perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh
lingkungan. Hendaknya pendidik dapat menciptakan lingkungan yang tepat dan
cukup kaya atau beraneka ragam, agar pembawaan dapat berkembang semaksimal
mungkin.
Menurut William
Stern (Purwanto, 2000:60) ahli ilmu jiwa sekaligus pelopor aliran konvergensi
berbangsa Jerman ini mengatakan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya
menentukan perkembangan manusia. Akan tetapi, Ngalim Purwanto mengatakan dalam
bukunya tentang pendapat W.Stern itu belum selesai. Dalam aliran ini terdapat
dua aliran, yaitu aliran yang dalam hukum konvergensi ini lebih menekankan
kepada pengaruh pembawaan daripada pengaruh lingkungan, dan di pihak lain mereka
yang lebih menekankan pengaruh lingkungan atau pendidikan, sehingga belum tepat
kiranya hal itu diperuntukkan bagi perkembangan manusia.
·
Aliran naturalisme
Aliran ini
mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan.
Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini
mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik
bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan
akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungna yang
dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar
untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi,
menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kea rah tertentu, maka usaha
tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadapperkembangan anak. Tetapi jika
pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan
lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud
terakhir ini betrpengaruh positif terhadap perkembangan anak.
b) Aliran
pendidikan modern di Indonesia
Menurut
Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia
adalah sebagai berikut:
·
Progresivisme
Progresivisme
adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered)
atau bahan pelajaran (subject-centered). Tujuan pendidikan dalam
aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara
sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat
dan minat setiap anak. Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang
berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh
setiap peserta didik (experience curriculum). Metode yang digunakan
yaitu : metode belajar aktif, metode memonitor kegiatan belajar, dan metode
penelitian ilmiah.
·
Esensialisme
Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan
pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang
tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang
tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang
terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah
selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang
telah teruji dalam perjalanan waktu. Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah
menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang
telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adlah
berharga untuk diketahui oleh semua orang. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran
yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar
ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada perluasan
dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan sastra. Metode
yang digunakan yaitu : pendidikan berpusat pada guru (teacher centered),
peserta didik dipaksa untuk belajar, dan latihan mental.
·
Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai
rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah
yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran
kecil dari kehidupan sosial di masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis
adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan
mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Kurikulum dalam pendidikan
rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada
kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi
masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia. Yng
termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.
·
Perennialisme
Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang
mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan
hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan
nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan
merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang
dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan
dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama
adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan
memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha
mengadakan penyelesaian masalahnya. Tujuan pendidikan yaitu diharapkan anak
didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan
pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada
masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat
menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan
sumbangan kepada perkembangan zaman dulu. Kurikulum berpusat pada mata
pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan
sejarah.
·
Idealisme
Aliran idealisme
merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita
adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di
antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca
indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia
idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea.
Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman.
Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti,
sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan
menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari. Tujuan pendidikan idealisme
bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam
spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain.
Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang
satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling
penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang
objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook.
Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Epistimologi merupakan suatu cabang filsafat yang mengkaji
secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode dan
validitas pengetahuan. Secara tata bahasa, konsep epistimologi pendidikan
disusun menurut kaidah sunyek-obyek. Berdasarkan UU Republik Indonesia No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahwa Pendidikan
Nasional adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembang manusia seutuhnya (manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah), berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan,
mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab pada
masyarakat dan negara.
Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Penerapan aksiologi
sebagai nilai-nilai dalam dunia pendidikan dapat dikemukakan yaitu : aliran
filsafat progressivisme, aliran essensialisme, aliran perenialisme, aliran
rekonstruksionisme.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang
membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan. Macam-macam aliran pendidikan dibagi
atas 2 macam yaitu : aliran klasik dan aliran modern. Aliran klasik diantaranya
: aliran empirisme, aliran nativisme, aliran konvergensi, aliran naturalisme.
Aliran modern diantaranya : progresivisme, essensialisme,
rekonsstruksionalisme, perennialisme, idealisme.
DAFTAR
PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2007. Filsafat
Pendidikan Islam Landasan Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Gama Media Offset.
R. Knight, George. 2007. Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media.
[1] Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam
Landasan Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta: Gama Media Offset, 2007),
h. 25-26
[2] George R. Khight, Filsafat Pendidikan,
(Yogyakarta: Gama Media, 2007), h. 44-45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar