Kamis, 13 Desember 2018

Makalah Landasan Pendidikan Tentang Filosofis Landasan Pendidikan


MAKALAH FILOSOFIS LANDASAN PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Landasan Pendidikan

Dosen Pengampu: M. Syahrul Rizal, M.Pd &

Sumianto, M.Pd






Disusun Oleh:

1. Handika



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG

2017





KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmat dan hidayah-nya, makalah Landasan Pendidikan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih kepada Dosen Pembimbing M. Syahrul Rizal, M.Pd.dan Sumianto, M.Pd. yang telah memmberikan bimbingan, petunjuk, motivasi, dan berbagai kemudahan lainnya. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan.

Disadari bahwa makalah ini banyak memiiki kekurangan atau kesalahan, baik dari segi isinya, bahasa, analisa dan lain sebagainya.Untuk itu saran, kritik, dan perbaikan yang membangun diri pembaca dengan senang hati penulis terima diiringi ucapan terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2

C. Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Filosofis Landasan Pendidikan.......................................................... 3

1. Idealisme...................................................................................... 3

2. Realisme....................................................................................... 3

3. Progresivisme............................................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA




BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan upaya nyata untuk memfasilitasi individu lain, dalam mencapai kemandirian serta kematangan mentalnya. Penddikan dapat diartikan pengaruh bimbingan dan arahan dari orang dewasa kepada orang lain, untuk menuju kearah kedewasaan, kemandirian serta kematangan mentalnya. Selain itu pendidikan merupakan aktivitas untuk melayani orang lain dalam mengeksplorasi segenap dirinya, sehingga terjadi proses perkembangan kemanusiaannya agar mampu berkompetisi didalam lingkup kehidupannya.

Berdasarkan undang-undang sikdiknas No.20 Tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir memiliki makna bahwa pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama didalam proses pendidikan itu. Berencana mengandung arti bahwa pendidikan itu direncanakan sebelumnya, dengan suatu proses perhitungan yang matang dan berbagai system pendukung yang disiapkan. Berlangung continue artinya pendidikan it uterus menerus sepanjang hayat, selama manusia hidup proses pendidikan itu akan tetap dibutuhhkan, kecuali apabila manusia sudah mati, tidak memerlukan lagi suatu proses.


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Idealisme?

2. Apa itu Progresivisme?

3. Apa itu Realisme?


C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu Idealisme

2. Untuk mengetahui apa itu Progresivisme

3. Untuk mengetahui apa itu Realisme


BAB II

PEMBAHASAN

A. Filosofis

Filosofis adalah istilah yang berasal dari kata dasar filsafat.Dengan merubah filsafat menjadi filosofis, selanjutnya terjadi penambahan makna yang berarti berdasarkan filsafat.Filsafat berasal dari dua patah kata bahasa yunani yaitu “philos” dan “Sophia”.Secara etimologis philos berarti cinta (loving dalam bahasa inggris), sedang Sophia berarti kebijaksanaan (wisdom dalam bahasa inggris), atau pemahaman yang mendalam.Pengertian filsafat menurut bahasa ahlinya adalah “cinta terhadap kebijaksanaan”.

Harold Titus mengemukakan pengertian fillsafat yang lebih luas dengan mengemukakan konsep dengan lima pengertian filsafat. Ia mengemukakan pengertian filsafat sebagai berikut:

1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis.

2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.

3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.

4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.

5. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.

Pengertian filosofi menurut para ahli

Menurut sejarahnya filsafat barat pertama kaali muncul di yunani sekitar abad ke-7 sebelum masehi.Sokrates, Plato dan ArisToteles merupakan contoh filsuf. Filosofi, falsafah, atau filsafat merupakan tiga nama yang mengacu pada satu benda yang sama.

Menurut para ahli arti filosofi adalah disipin ilmu yang berfokus pada pencarian dasar-dasar serta penjelasan yang nyata.

Definisi filosofi adalah ungkapan seseorang mengenai sikap nilai, dan kepercayaaan walaupun pada waktu yang lain, walaupun pada waktu yang lain ungkapan tersebut menjadi ideology kelompok/ kepercayaan kelompok.

Jika merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia (KKBI) pengertian filososfi adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan menggunakan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab adanya sesuatu, asal adanya sesuatu, dan hukumnya.

Dalam mempelajari filsafat dibutuhkan logika yang baik yaitu kemampuan bernalar dan berfikir secara lurus, tepat dan teratur, Dalam filsafat kita juga akan mempelajari estetika atau keindahan.

Kebalikan dari estetika dalam epistemology kita akan melihat sesuatu dari sisi benar atau salah secara objektif, selain itu, dalam filsafat kita juga akan mempelajari asal muasal adanya sesuatu dan hakekatnya yaitu dalam bidang ilmu metafisika.

Pengertian filosofi pendidikan adalah hasil perenungan serta aliran pemikiran yang mendalam mengenai dunia pendidikan.Pendidikan adalah hidup dan belajar dengan melakukan sesuatu.

Pengertian filosofi kebidanan adalah kerangka dasar yang menjadi pedoman untuk berfikir dan bertindak.

Pengertian filosofi bisnis adalah visi dan misi suatu bisnis serta bagaimana cara meraihnya.

Pengertian filosofi organisasi adalah patokan yang dijadikan tolak ukur organisasi dalam suatu badan ataupun perusahaan agar perusahaan tersebut berjalan dengan baik dan benar.

B. LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik, potensi cipta rasa maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan berfungsi dalam perjalanan hidupnya.filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan. Dalam pendidikan terdapat momen studi pendidikan dan momen praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan akan diperoleh pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan,yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.

Menurut Cohen, L.N.M. (1999) bahwa terdapat 3 (tiga) cabang-cabang Filosofi (Filsafat) yang masing-masing memiliki sub cabang. Ketiga cabang-cabang tersebut adalah Metaphysic (Metafisika), Ephistemology (Epistemologi), dan Axiology (Aksiologi). Sedangkan menurut Ornstein, A.C, dkk (2011), menyebutkanya sebagai terminologi pendidikan yang dibagi menjadi empat terminologi, yaitu Metaphysics (Metafisika), Ephistemology (Epistemologi), Axiolgy (Aksiologi), dan Logics (Logika).

Menurut Ornstein, A.C. dan Levine, D.U yang dikutip kembali oleh Halim dan supriyono (2012), Metafisika menyelidiki hakikat realitas atau menjawab pertanyaan:“Apa hakikat realitas?”. Dalam spekulasi mengenai hakikat keberadaan, orang-orang yang berorientasi metafisika memiliki pandangan berbeda-beda dan tidak menemukan kesepakatan. Bagi mereka yang idealis realitas dipandang sebagai konteks non material atau spiritual. Bagi mereka yang realis, realitas dipandang sebagai keteraturan obyektif yang terjadi secara independen pada diri manusia. Bagi mereka yang pragmatis, realitas dipandang sebagai hasil pengalaman manusia dengan lingkungan sosial dan fisiknya.

Sedangkan menurut Tatang (2010), Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh (komprehensif).

Epistemologi berasal dari bahasa Latin “episteme” yang artinya “ilmu pengetahuan” dan “logos” yang berarti “teori”. Jadi epistemologi berarti teori ilmu pengetahuan. Epistemologi mempertanyakan: “Apa hakekat ilmu pengetahuan?” Bagaimana kita dapat mengetahui?”. Epistemologi berhubungan dengan pengetahuan dan mengetahui. Epistemologi berhubungan erat dengan metode mengajar dan belajar. Bagi orang idealis, pengetahuan dan mengetahui dipandang sebagai mengingat ide-ide laten di dalam pikiran. Para realis memandang pengetahuan bermula dengan sensasi obyek (stimulus sensori). Para pragmatis memandang bahwa kita menciptakan pengetahuan dengan berinteraksi dengan lingkungan (Salahudin yang dikutip kembali oleh Halim dan Supriyono, 2012).

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Aksiologi terdiri dari Etika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat baik jahatnya perbuatan manusia; dan Estetika adalah cabang filsafat (bagian aksiologi) yang mempelajari atau membahas tentang hakikat seni (art) dan keindahan ( beauty).

Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, prosedur dan kriteria penalaran (berpikir) yang benar. Logika antara lain membahas tentang bagaimana cara berpikir yang tertib agar kesimpulan-kesimpulannya benar.

C. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IDEALISME, REALISME, DAN PRAGMATISME

§ Landasan idealisme

Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual.Karna manusia itu adalah makhluk yang berfikir, yang memiliki tujuan hidup, dan yang hidup dalam aturan moral yang jelas. Menurut epistemologis pengetahuan itu diperoleh dengan cara mengingat kembali melalui intuisi, sedangkan aksiologi bahwa manusia itu diperintah melalui nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas yang absolute.

§ Landasan realisme

Para filosof realisme memandang dunia ini adalah yang hadir dengan sendirinya yang tertata dalam hubungan-hubungan diluar campur tangan manusia, dan mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman dan penggunaan akalnya.

§ Landasan pragmatisme

Pragmatisme merupakan suatu sikap hidup, suatu metode dan suatu filsafat yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai suatu ide dan kebenaran sesuatu keyakinan secara praktis.



BAB III
KESIMPULAN

1. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek pendidikan. Dalam pendidikan mesti terdapat studi pendidikan dan praktek pendidikan. Melalui studi pendidikan akan diperoleh pemahaman tentang landasan-landasan pendidikan, yang akan dijadikan titik tolak praktek pendidikan. Dengan demikian, landasan filosofis pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut, dapat dijadikan titik tolak dalam rangka studi pendidikan yang bersifat filsafiah, yaitu pendekatan yang lebih komprehensif, spekulatif, dan normatif.

2. Negara Indonesia memiliki filosofis Negara yaitu Pancasila sebagai falsafah Negara. Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan dengan ini, Pasal 2 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional” menyatakan bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU- RI No. 20 Tahun 2003yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan adalah pengalaman pancasila dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain: “Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang berkualitas tinggi dan mampu mandiri”. Sedangkan ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan Pengalaman Pancasila mengaskan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyar Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandngan hidup bangsa Indonesia dan Dasar Negara Republik Indonesia.Sehubungan dengan hal ini, bangsa Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikan tersendiri dalam sistem pendidikan nasionalnya, yaitu Pancasila.


DAFTAR PUSTAKA

Zakiah Darajat, Perbandingan Agama, , Jakarta: Bumi Aksa, 1996
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: Amzah, 2006
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama, Bandung: Pustaka Setia, 1984
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers
Rosihon Anwar , dkk, Pengantar Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009
Ahmad Taufik, dkk, Metodologi Studi Islam, Jawa Timur: Bayumedia, 2004
Muhaimin, dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar