Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bahasa
Indonesia
Dosen Pengampu : Dwi
Viora,M.Pd
DISUSUN OLEH : HANDIKA
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
T.P 2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kepada penulis,sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari dosen Mata kuliah Bahasa Indonesia. Makalah ini
di tulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi serta
informasi dari berbagai media yang berhubungan dengan materi. Tak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan pembaca. Dan penulis berharap bagi pembaca untuk dapat
memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Bangkinang,Oktober 2017
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI ...................................................................................... 3
DAFTAR ISI ...................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................................... 4
B. Rumusan
Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tanda Baca.................................................................................. 6
B. Jenis
dan Contoh Tanda Baca........................................................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 22
B. Saran.............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sering
kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak
baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah bahkan
dalam penulisan pun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca sehingga
mengakibatkan kesalahan makna,padahal Pemerintah Indonesia telah membuat
aturan-aturan resmi tentang tata bahasa,baik itu kata serapan maupun penggunaan
tanda baca. Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari
Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi kesalahan ini masih sering
terjadi,bahkan berulang-ulang kali. Ketidakfahaman terhadap tata bahasa yang
mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh
masyarakat Indonesia,karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan
dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan
menjadi penerus negeri ini,karena akan mempersulit masyarakat dalam
berkomunikasi.
Maka
dari itu dalam makalah ini,penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang
benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan
dapat menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari terlebih dalam acara-acara resmi.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanda baca
?
2.
Apasaja jenis-jenis dari tanda baca ?
3.
Apasaja contoh-contoh penggunaan dari tanda baca ?
C.
Tujuan
Makalah
ini disusun agar kita semua lebih memahami tentang tata bahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar
dalam setiap komunikasi,kita akan dipermudah dengan adanya satu bahasa yang
baku dan dapat dimengerti oleh setiap golongan masyarakat Indonesia serta
mempermudah dalam mencari referensi,karena segala hal tentang kata serapan dan
penggunaan tanda baca telah terangkum dalam satu makalah ini. Dan ini juga akan
dipersentasikan dikelas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Serta penyusun
mengharapkan dengan makalah ini dapat menyadarkan kepada seluruh masyarakat
Indonesia tentang bagaimana pentingnya penggunaan tata bahasa yang benar,
sehingga selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan
struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan
terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang
karenanya tergantung pada pilihan penulis.
B.
Jenis-Jenis Tanda Baca dan Contohnya
Menurut
Badudu (Setiyo,
Pendi.2016.[Online].Makalah Pemakaian Tanda Baca Dalam Bahasa Indonesia.
Tersedia dalam : https://pendisetiyo.blogspot.co.id/2016/06/makalah-pemakaian-tanda-baca-dalam.html
[diakses 10 Oktober2017]
jenis-jenis tanda baca adalah sebagai berikut :
1.
Tanda Titik ( . )
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang
bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh :
Saya suka makan nasi.
Apabila
dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan nama orang.
Contoh :
Irwan S. Gatot
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak
dipergunakan.
Contoh:
Contoh:
Anthony Tumiwa
Tanda titik dipakai pada
akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr.
(doktor)
S.E.
(sarjana ekonomi)
Kol.
(kolonel)
Bpk.
(bapak)
Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu
tanda titik.
Contoh:
dll.
(dan lain-lain)
dsb.
(dan sebagainya)
tgl.
(tanggal)
hlm.
(halaman)
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul
7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh:
Kota kecil itu
berpenduduk 51.156 orang.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di
dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat)
SMA
(Sekolah Menengah Atas)
PT
(Perseroan Terbatas)
WHO
(World Health Organization)
UUD
(Undang-Undang Dasar)
SIM
(Surat Izin Mengemudi)
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
Tanda titik tidak dipakai
dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang.
Contoh:
Cu
(tembaga)
52
cm
l
(liter)
Rp350,00
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Latar
Belakang Pembentukan
Sistem
Acara
Lihat
Pula
2.
Tanda Koma
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam
suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
Saya
menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah:
Saya membeli udang, kepiting dan
ikan
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,
dan melainkan.
Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
Saya tidak akan datang
kalau hari hujan.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena
itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
Tanda koma dipakai di
belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal
kalimat.
Contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata adik, "Saya sedih
sekali".
Tanda koma dipakai di
antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh :
Medan, 18 Juni 1984
Tanda koma dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh
Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6.
Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
Tanda koma dipakai di
antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
Gatot, Bahasa
Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh:
Rinto Jiang, S.E.
Tanda koma dipakai di
muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
Contoh:
33,5 m
Rp10,50
Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
pengurus Wikipedia
favorit saya, Borgx, pandai sekali.
Tanda koma dipakai untuk
menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan:
Kita
memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh:
"Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
3.
Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.
Contoh:
Ayah
mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan
pendengar.
4.
Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh :
-Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
-Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan
Ekonomi Perusahaan.
Tanda titik dua dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua
: Borgx
Wakil Ketua
:
Hayabuse
Sekretaris
: Ivan Lanin
Wakil Sekretaris
: Irwan Gatot
Bendahara
: Rinto Jiang
Tanda titik dua dipakai dalam
teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh :
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan
Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
Tanda titik dua dipakai (i) di
antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam
kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:
Sebuah Studi, sudah terbit.
Tanda titik
dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh:
Nisbah siswa laki-laki terhadap
perempuan ialah 2:1.
Tanda titik dua tidak dipakai
kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Contoh:
Kita memerlukan kursi, meja, dan
lemari.
5. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan
pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Tanda hubung menyambung
huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
-
p-e-n-g-u-r-u-s
-
8-4-1973
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur
bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
6.
Tanda Pisah (–, —)
Tanda pisahem (—) membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun
kalimat.
Contoh:
Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia
terbesar.
Tanda pisahem (—) menegaskan
adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Tanda pisahen (–) dipakai di
antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua
nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
1919–1921
Medan–Jakarta
10–13
Desember 1999
Tanda pisahen (–) tidak
dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda
kurang (−).
Contoh:
dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman
45–65
antara
tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
−4
sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C
7.
Tanda Epilepsis (…)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
Tanda
elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan,
misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan
mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk
menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan
hati-hati ....
8.
Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada
akhir tanya.
Contoh:
Kapan ia
berangkat?
Saudara tahu,
bukan?
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia
dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
9.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat
Contoh
:
Alangkah
mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan
meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!
10.
Tanda Kurung ((…))
Tanda kurung mengapit
keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Bagian
Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
Tanda kurung mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
Satelit
Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit
domestik di Indonesia.
Pertumbuhan
penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam
pasaran dalam negeri.
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh
:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a)
Pembalap
itu berasal dari (kota) Medan.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang
memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Bauran
Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c)
promosi.
Hindari
penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda
kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Tidak tepat:
Nikifor
Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan
seorang pemimpin Ukraina.
Tepat:
Nikifor
Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan
seorang pemimpin Ukraina.
Tepat:
Nikifor
Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal
sebagai Matviy Hryhoriyiv.
11.
Tanda Kurung Siku ([...])
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi
gemerisik.
Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35–38]) perlu dibentangkan di sini.
12.
Tanda Petik ("...")
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu
sebentar!"
Pasal
36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Contoh:
Bacalah
"Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA"
diterbitkan dalam Tempo.
Sajak
"Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan
ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan
nama "cutbrai".
Tanda petik penutup mengikuti
tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
Kata Tono, "Saya juga minta
satu."
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si
Hitam".
Bang
Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
13.
Tanda Petik Tunggal ('...')
Tanda petik tunggal mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring'
tadi?"
"Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
feed-back 'balikan'
14.
Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor
pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap,
per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
harganya
Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
7/8
atau 7⁄8
xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk
menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi
÷ .
Contoh:
10 ÷ 2 = 5.
Di
dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi
dapat dipakai.
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai
pengganti kata atau.
15.
Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1
Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya
bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bagaimanapun juga penggunaan tanda
baca yang baik & benar sangat penting dalam menulis artikel. Bayangkan jika
kita membaca sepuluh paragraf tanpa titik atau koma, akan sangat membingungkan
bukan? Apalagi ketika kita hanya bisa mendengar dan dibacakan. Tidak hanya
untuk mendukung keterbacaan penggunaan tanda baca yang benar sangat berpengaruh
terhadap kualitas tipografi artikel tersebut. Beberapa contoh tanda baca yang sering
digunakan tetapi tidak umum seperti titik, koma, tanda seru & tanda Tanya. Mungkin kita
kurang mempedulikan penggunaan tanda baca tersebut. Memang cukup merepotkan
jika kita mengimplementasikan pada tiap artikel, tetapi itulah seni dalam
tipografi. Tidak ada salahnya berusaha tampil “sempurna” dalam artian kita
menggunakan kaidah-kaidah penulisan secara benar.
B.
SARAN
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan
beberapa saran yaitu kita harus
memahami cara menggunakan tanda baca yang baik dan benar , untuk memberi bekal
kepada kita untuk menjalani masa kuliah selanjutnya yang penuh dengan tugas
yang menuntut kemampuan dalam berbahasa yang baik dan benar baik lisan maupun
tertulis. Dan kemampuan berbahasa yang benar dapat diperoleh melalui pembiasaan
, pembiasaan menulis dan pembiasaan mempraktekan kemampuan berbahasa indonesia
yang benar dalam kehidupan sehari –hari.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia
yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Setiyo, Pendi.2016.[Online].Makalah
Pemakaian Tanda Baca Dalam Bahasa Indonesia. Tersedia dalam :
https://pendisetiyo.blogspot.co.id/2016/06/makalah-pemakaian-tanda-baca-dalam.html [diakses 10 Oktober2017]
https://pendisetiyo.blogspot.co.id/2016/06/makalah-pemakaian-tanda-baca-dalam.html [diakses 10 Oktober2017]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar