Pertemuan IX
Kajian tentang
empirik pendidikan dalam latar peristiwa:
Pendidikan menjadi kunci utama keberhasilan suatu bangsa, untuk
menghantarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya. Pendidikan sangatlah
penting demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang hidup di
pedalaman tentunya berbeda kualitas pendidikannya jika dibandingkan dengan
masyarakat yang hidup di perkotaan yang sarat dengan sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai
A.
Kajian empirik pendidikan pada masyarakat tradisional,
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang
memelihara, menjaga, dan mempertahankan tradisi, adat-istiadat, sistem nilai,
sistem norma, dan bahkan sistem kebudayaan yang diwariskan oleh generasi
pendahulunya (Jamaludin, 2015:300).
Adapun pola pendidikan
masyarakat tradisional:
1) anak-anak sekolah biasasanya dalam wilayah
geografis tertentu (dipedesaan)
2) anak dimasukkan ke kelas dan kemudia
dibedakan berdasarkan umurnya
3) sistem kenaikan kelas di setiap tahun
4) prinsip sekolah otoritarian
5) guru sebagai penentu kebijakan dalam
mengajar di kelas
6) kurikulum berpusat pada subjek-subjek
akademik
7) guru berbicara dan siswa hanya menyimak
tanpa ikut berperan aktif
contoh pendidikan masyarakat
tradisional
pendidikan sekolah dimulai
sejak masa hindu, kerajaan, penyebaran islam, kolonial belanda, jepang, dan era merdeka hinga
sekarang. Konsep sekolah pendidikan tradisional berbentuk pesantren, yaitu pendidikan lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan semangat
perjuangan kemerdekaan.
1) sekolah muhammadiyah
2) pondok pesantren
3) tri koro dharmo (organisasi)
4) sekolah rimba (sekolah pedalaman)
B.
Kajian empirik pendidikan pada masyarakat modern,
pendidikan nasional pada masyarakat modern dapat
ditinjau dari perubahan kurikulum. Berdasarkan kurikulum ini tampak mulai 1984
melalui Kurikulum CBSA pendidikan modern sangat terasa, hingga terus
disempurnakan dari masa ke masa hingga terakhir Kurikulum 2013 dan sekarang ini
dalam rancangan Kurikulum Merdeka Belajar. Bentuk-bentuk empiris pendidikan
modern yang ada di antaranya adalah sekolah berbasis montessori, sekolah alam
dan sekolah Islam terpadu.
1. Sekolah muhammadiyah
2. Perubahan kurikulum
3. Sekolah formal dan alam
4. Berkembangannya sejolah islam terpadu
C.
Kajian empirik pendidikan pada masyarakat era
globalisasi,
Adapun pendidikan masyarakat
modern:
1) Pendidikan internasional, Sekolah
bilingual standar internasional (teknologi)
2) Massive open online course (MOOCS), (Cara belajar-mengajar baru yang terpusat pada mahasiswa dan
menggunakan teknologi )
3) Blended Learning, (kombinasi tahapan
belajar tatap muka, offline, dan online)
Pertemuan X
Kajian empirik
tentang pranata pendidikan dalam latar budaya dan organisasi:
A.
Kajian empirik terhadap pendidikan keluarga dari latar
budaya tertentu,
Keluarga merupakan wadah bagi anak dalam proses belajarnya untuk
mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya. Di samping itu
keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti
kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tertinggi.
B.
Kajian empirik terhadap pendidikan sekolah dari latar
mazhab tertentu,
Pendidikan di sekolah merupakan proses pembelajaran yang merupakan
serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola
tingkah laku seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang
selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan kesejahteraan
sosial.
C.
Kajian empirik terhadap pendidikan masyarakat dari latar
budaya dan organisasi
Interaksi masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Hubungan antara
individu itu bukan sepihak melainkan timbal balik. Kebudayaan mempengaruhi individu
dengan berbagai cara akan tetapi individu juga mempengaruhi kebudayaan sehingga
terjadi perubahan sosial. Kebudayaan dapat dipandang sebagai cara-cara
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.
Pertemuan XI
Perspektif
Pedagogik tentang landasan menejemen pendidikan:
A.
Kajian terhadap menejemen pendidikan berorientasi pada
tujuan,
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang tujuan pendidikan
nasional, yaitu ada lima elemen sebagai bagian dari tujuan pendidikan dalam
pembelajaran oleh guru.
1.
Misi: pembelajaran guru harus menentukan misi/harapan dan
tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
2.
Latar belakang: dalam menyampaikan pembelajaran guru haru
memiliki latar belakang alasan yang jelas mengapa diperlukan misi dan tujuan
yang hendak di capai.
3.
Skenario: untuk melaksanakan misi, maka guru perlu
menyusun strategi yang cocok dalam melaksakan misi yang direncanakan.
4.
Sumber daya: guru haru menyiapkan sumber daya (peserta
didik) yang kompeten atau memiliki kemampuan yang baik untuk memenuhi skenario.
5.
Umpan balik: ketika melaksanakan elemen sebelumnya guru
juga haru memberikan umpan balik (respon) jika terdapat kesulitan/kejanggalan
siswa di dalam pembelajaran.
B.
Kajian terhadap menejemen pendidikan berbasis pada
proses,
Manajemen ini menekankan pada administrasi, yaitu:
1.
Planning = Guru merencanakan strategi pembelajaran dan
media pembelajaran yang sesuai kebutuhan dan kondisi siswa di kelas
2.
Organizing = Guru mengorganisasikan kelas dalam beberapa
jabatan dan membagikan tugas masing2 jabatan di kelas sebagai
seseorang yang berkinerja tugas dikelas.
3.
Staffing = Guru membentuk perangkat kelas
4.
Directing = Guru sebagai pengarah kepada peserta didik
5.
Coordinating = Guru mengayomi kelas untuk bertindak
dengan prinsip kerja sama
6.
Reporting = Adanya laporan kelas dari hasil kerja sama,
sebagai bahan evaluasi guru dikelas.
7.
Budgeting = Secara pedagogik tidak terlalu berpengaruh,
namun fungsi disini adalah mengenai pemenejemenan keuangan dikelas.
C.
Kajian terhadap menejemen pendidikan beroreintasi pada
hasil,
Manajemen pendidikan berorientasi pada hasil (Outcome-base education - OBE)
di definisikan oleh Darvis (2003) OBE merupakakn pendekatan dalam pendidikan
dimana keputusan mengenai kurikulum dibuat berdasarkan hasil pembelajaran yang
harus ditemapilkan oleh siswa pada kahir proses pembelajaran. Metode OBE
merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memiliki fokus dalam
mengatur performansi siswa secara empiris. Penekanan pada sistem OBE lebih
dapat pengukuran hasil dan bukan pada input sepeti berapa banyak jam yang
dihabiskan siswa dalam kelas, atau buku teks apa yang disediakan.
Cara mengukur prestasi belajar siswa Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Evaluasi Pendidikan (1986:26)
menyebutkan “Tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu diagonistik, formatif, dan
sumatif”.
1.
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menentukan
kelemahan dan lebihan siswa dengan melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui
kelemehan dan kelebihan tersebut pada siswa dapat diberikan perlakuan yang
tepat.
2.
Tes formatif adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah memahami suatu satuan pelajaran tertentu. Tes ini diberikan sebagai usaha
memperbaiki proses belajar.
3.
Tes sumatif dapat digunakan pada ulangan umum yang
biasanya dilaksanakan pada akhir semester. Dari tes sumatif inilah prestasi belajar
siswa diketahui. Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah evaluasi
belajar siswa di sekolah yang dilaksanakan oleh guru untuk mengetahui prestasi
belajari siswa secara kompleks.
D.
Kajian terhadap menejemen pendidikan berbasis pada TQM (Total Quality Management).
1.
Ada 4 alasan untuk menerapkan TQM
a.
Para pendidik harus bertanggung jawab terhadap kewajiban
mereka karena para pendidik merupakan faktor itama bagi peningkatan sekolah
b.
Pendidikan membutuhkan proses pemecahan masalah yang peka
dan fokus pada identifikasi dan penyelesaian penyebab utama yang menyebabkan
timbulnya masalah tersebut
c.
Organisasi sekolah harus menjadi model organisasi belajar
semua organisasi
d.
Melalu TQM orang-orang dapat menemukan bahwa sistem pendidikan yang ada
saat ini tidak berjalan dengan baik dan TQM sebagai solusinya.
2.
Sintaks dalam mengimplementasi TQM
a.
Kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus datang dari
atas
b.
Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM
c.
Menunjukkan fasilitator mutu
d.
Membentuk kelompok pengendali mutu
e.
Menunjukkan kordinator mutu
f.
Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi
program
g.
Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada
h.
Menggunakan contoh yang sudah berkembangan di tempat lain
i.
Memperkerjakan konsultan eksternal
j.
Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf
k.
Mengomunikasi
pesan mutu
l.
Mengaplikasi alat dan teknik untuk melalui pengembangan
kelompok kerja yang efektif
m.
Mengevaluasi program dalam interval yang teratur.
E.
Kajian terhadap manajemen pendidikan berorientasi pada
tujuan
1.
Pengertian
a.
Goal Based Objektif (GBO) adalah konsep untuk mengajarkan
serangkai keterampilan melalu proses penyelesaian tugas atau pencapai
sasaran/tujuan.
b.
Landasannya behavioristik; bahwa manusia belajar dari
pengalaman dan kesalahan.
2.
Implementasi dalam kurikulum
a.
Indonesia menggunakan GBO pada kurikulum 1975
b.
Pelaksanaan menggunakan prosedur pengembangan sistem
instruksional
c.
Tujuan pembelajaran yang diturunkan dari tujuan
pendidikan nasiona = tujuan institusional = tujuan instruksional umum = tujuan
instruksional khusus.
F.
Kajian terhadap Manajemen pendidikan berorientasi pada
proses
1.
Konsep: penekanan pada proses sehingga agak lemah dalam
isi pelajaran
2.
Landasan: aliran humanistik yang memandang siswa sebagai
individu yang dapat dan mau menjelah, mencari, dan meneliti secara mandiri.
3.
Tujuan: memberikan pengalaman pembelajaran melalu proses
mengamati, menanya, mencoba, mengulah dan mengkomunikasi.
4.
Implementasi: Kurikulum 1984 termasuk yang berorientasi
pada proses ditandai dengan pendekatan keterampilan proses dan strategi cara
belajar siswa aktif kurikulum 2013 menamkannya dengan istilah pendekatan
saintifik.
5.
Pelaksanaan kurikulum berdasarkan standari proses sesuai
permendikbud No. 22/2016
6.
Pendidikan tinggi: pelaksanaannya berdasarkan
permendikbud No.49?2014
G.
Kajian terhadap menejemen pendidikan berbasis pada TQM (Total Quality Management).
Dikembangkan oleh Davis (2003) dengan istilah Outcome Based Education (OBE)
Konsep, kurikulum disusun berdasarkan hasil permbelajaran yang harus dicapai
siswa pada akhir proses berupa performansi empiris Kurikulum 2004, 2006, dan
2013 menggunakan pendekatan OBE yang ditandai dengan penyebutan tujuan
pembelajaran dengan kompetensi.
Dasar hukum pelaksanaan adalah permendikbud No. 20/2016 (SKL) dan
Permendibud No. 24/2016 (KI dan KD).
1.
Pengertian TQM : pendekatan manajemen yang berfokus pada
peningkatan kualitas pelayanan yang melibatkan seluruh sumber daya organisasi
2.
Sintak TQM: 1) penyusunan profil sekolah, 2) evaluasi
diri, 3) klasifikasi kebutuhan sekolah, 4) menyusun program, 5)monitoring dan
evaluasi.
3.
Instrumen: 1) curah pendapat, 2) analisis SWOT, 3)
analisis tulang ikan, 4) Benchmarking.
4.
Implementasi: Indonesia mendorong TQM dalam manajemen
sekolah dengan sebutan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) sesuai UU. No20/2003
Pertemuan XII
A.
Perspektif
Pedagogik tentang evaluasi pendidikan:
Evaluasi pendidikan merupakan penilaian dalam pendidikan yang mencakup
suatu proses sistematis dan berkelanjutan dalam mengumpulkan data dan
menganalisis data yang diwujudkakn dalam informasi capaian hasil guna untuk
membuat keputusan dan merumuskan program selanjutnya.
B.
Kajian tentang tujuan dan makna evaluasi pendidikan,
1.
Tujuan : untuk mengukur dan menilai suatu proses
pendidikan apakah sudah tercapai atau belum. Ketercapaian itu akan digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan.
2.
Makna bagi siswa: dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan mengikuti pembelajaran
Makna bagi guru: dapat mengetahui kesesuai materi dan
metode pembelajaran yang diberikan
Makna bagi sekolah: dapat mengetahui apakah kondisi
belajar yang ciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum.
C.
Kajian tentang materi esensial dalam evaluasi pendidikan,
1.
Subjek evaluasi: evaluator
2.
Sasaran evaluasi:
Input: siswa ( kemampuan,
kepribadian, sikap, intelegensi)
Tranformasi: kurikulum/materi,
metode, media. Sarana, dan guru.
Output : lulusan yang baik.
D.
Kajian tentang ragam dan langkah-langkah evaluasi
pendidikan
Ragam/Model
Evaluasi Pembelajaran: model evaluasi sumatif dan formatif, measurement model,
congruence model, educationa sistem evaluasi model, model bebas, CIPP, EKOP.
1.
langkah perencanaan: tujuan
evaluasi, model, instrumen.
2.
Langkah pengumpulan data: alat
dan bahan
3.
Langkah penelitian data:
verifikasi
4.
Langkah pengolahan data
5.
Langkah penafsiran data:
memaknai data
6.
Langkah meningkatkan daya serap
peserta didik: tujuan instruksional, kebutuhan siswa, keberhasilan
7.
Laporan hasil penelitian
Alat: tes, kuisioner, survei, daftar
ceklis, wawancara, observasi, kelompok fokus.
E.
Kajian tentang hasil evaluasi dan pengembangannya
Hasil evaluasi adalah rekomendasi
dari evaluator untuk pengambilan keputusan.
1.
Menghentikan program
Program yang dilakukan
dirasakan sudah jelas gambarannya sehingga penelitian bisa dihentikan.
2.
Merevisi program
Adanya perbaikan dalam program
evaluasi pendidikan seperti alat dan bahan yang digunakan kurang optimal sehingga tidak berjalan dengan
baik
3.
Melanjutkan program
Program evaluasi yang dilakukan
sebelumnya kurang optimal dan perlu merevisinya sehingga perlu waktu yang
panjang dalam melaksanakan program kembali
4.
Menyebarkan program
Penyebaran program dilakukan
apabila program tersebut berhasil dilakukan, maka program tersebut dapat
sebarkan dan dilaksanakan di kelas lain.
Guru perlu mempelajari evaluasi program karena dua
alasan, pertama, evaluasi program memberikan umpan balik tentang hasil
kerjanya, sehingga berdasarkan itu ia dapat memperbaiki unjuk kerjanya; kedua,
evaluasi program merupakan bentuk pertanggungjawaban guru atas tugas yang
dibebankan oleh sekolah dan masyarakat kepadanya.
Pertemuan XIII
A.
Kajian
tentang Research and Development
pendidikan:
Sukmadinata (2008:190),mengemukakan penelitian
dan pengembangan merupakan pendekatan penelitian untuk menghasilkan produk baru
ataumenyempurnakan produk yang telah ada. Produk yangdihasilkan bisa berbentuk
software, ataupun hardware seperti buku, modul, paket, program pembelajaran
ataupun alat bantu belajar.
B.
Kajian tentang penelitian pendidikan secara kualitatif,
(fenomenologis, etnografis, antropologis, dll)
1.
Fenomenologis yaitu suatu studi
yang mencoba mencari arti dari pengalaman dalam kehidupan berdasarkan himpunan
data yang berkenaan dengan konsep, pendapat, pendirian sikap, penilaian, dan
pemberian makna terhadap situasi/pengalaman dalam kehidupan.
2.
Etnografis yaitu suatu analisis
deskriptif yang menggambarkan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial
atau system.
3.
Historis yaitu meneliti
peristiwa2 yang telah berlalu
4.
Studi kasus merupakan suatu
penelitian yang dilakukan terhadap kesatuan sistem. Seperti program, kegiatan,
peristiwa, sekelompok yang terikat tempat, waktu, ikatan tertentu
C.
Kajian tentang penelitian pendidikan secara kuantitatif,
(deskriptif, kuasi eksperimen, eksperimen, dll)
1.
Pre-experimental design yaitu penelitian eksperimen yang
belum dilakukan dengan sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang
berpengaruh kepada variabel terikat.
2.
Quasi experimental design yaitu penelitian eksperimen
yang dikembangkan karena adanya kesulitan dalam mendapatkan kelompok kontrol
yang dapat berfungsi sepenuhnya di dalam mengontrol variabel-variabel luar yang
dapat mempengaruhi eksperimen.
3.
True experimental design yaitu penelitian eksperimen yang
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dengan mengontrol semua variabel luar yang
dapat mempengaruhi kegiatan eksperimen.
4.
Factorial experimental design yaitu penelitian eksperimen
yang dikembangkan dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator
yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil
D.
Kajian tentang penelitian pendidikan dalam tindakan,
(tindakan kelas)
PTK
merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah dikelas.
dimana peneliti bisa bertindak sebagai pengamat dan sekaligus sebagai pengajar
sehingga PTK harus menghasilkan satu strategi inovatif untuk memecahkan masalah
dan meningkatkan motivasi serta kemampuan siswa.
Proses PTK ada 7 langkah (1)
Mengidentifikasikan masalah, (2) Memilih strategi alternative, (3) Menyusun
scenario pembelajaranberdasarkan strategi yang dipilih, (4) Berlatih scenario
pembelajaran, (5) Menentukan kreteria keberhasilan, (6) Menerapkan skenario
yang sudah disiapkan dengan baik, (7) Mengamati, (8) Refleksi Kajian
tentang penelitian kebijakan pendidikan,
E.
Kajian tentang penelitian kebijakan pendidikan,
Implementasi
kebijakan pendidikan adalah interaksi yang membingungkan dan kompleks.
Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan; Metodologi hirarkis, tepatnya
metodologi pengurangan pilihan strategi yang unik atau berskala besar ke dalam
kegiatan konkrit atau miniatur. Perspektif granular, tepatnya metodologi yang
berasal dari bawah (wilayah lokal), bergantung pada interaksi tatanan yang
dimulai dari meneruskan keinginan lapisan bawah masyarakat, sebagai ajakan atau
backing.
Ada dua model implementasi kebijakan
pendidikan yang ampuh, yaitu model langsung dan model intuitif (Baedhowi, 2004:
47). Model langsung dalam pelaksanaan strategi merupakan tahapan dinamis yang
signifikan, sedangkan tahapan pelaksanaan pendekatan secara teratur cukup
menonjol untuk diperhatikan karena dipandang sebagai kewajiban dari pertemuan
yang berbeda. Sementara itu, model pelaksanaan strategi yang cerdas dipandang
sebagai siklus yang unik, dengan alasan bahwa setiap pertemuan yang terlibat
dengan pelaksanaan strategi dapat mengusulkan perubahan dalam berbagai tahap
pelaksanaan
Pertemuan XIV
Kajian tentang implikasi landasan pedagogik terhadap pengembangan teori dan
praktek pendidikan di Indonesia dan dunia:
A.
Implikasi landasan pedagogik terhadap pengembangan teori
pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat,
1.
Sekolah
Pedagogik atau ilmu mendidik anak
berimplikasi terhadap berbagai pengembangan teori dalam pendidikan di sekolah.
Misalkan dalam suatu penyususnan kurikulum ketika proses penyusunan tersebut
tentunya melalui analisis yang dalam terhadap kondisi tiap satuan pendidikan di
suatu daerah. Karena agar sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing2
anak dalam suatu daerah tersebut, dengan memperhatikan beberapa komponen.
Maka, hal ini membuktikan bahwa implikasi dari pedagogik terhadap teori pendidikan di sekolah telah memiliki
hubungan kesalingan yang baik.
Sekolah memang sebuah lembaga
formal, akan tetapi dibalik keformalitasannya tersebut jangan sampai mengurangi
makna pendidikan yakni membantu anak menuju kedewasaan. Dan tidak melenceng
dari tujuan pendidikan yakni memanusiakan manusia.
2.
Keluarga
Pedagogik merupakan ilmu mendidik
anak, hal ini telah menunjukan bahwa pedagogik berimplikasi terhadap suatu
teori pendidikan anak di dalam keluarga. Keluarga memiliki fungsi, tujuan, juga
peran dalam upaya mendidik anak dalam hal ini ialah orang tua yang memiliki
kewajiban mendidik dan membimbing anak dari buaian sampai liang lahat. Dalam menjalankan bimbingannya orang tua seyogianya
memilki dasar atau pengetahuan perihal anak, dari karakteristik anak sampai
dengan metode pembelajaran apa yang tepat dan dalam mengupayakan hal ini maka
diperlukannya suatu teori-teori sebagai dasar atau landasan dalam
pengaplikasiannya.
3.
Masyarakat
implikasi dari pedagogik terhadap
perkembangan teori di masyarakat ialah, ketika dalam suatu masyarakat tersebut
meyakini suatu teori yang dijadikan dasar dalam mendidik dan ketika dalam
memberikan bimbingan tidak sejalan teori yang dianutnya maka langkah berikutnya
ialah memikirkan teori-teori berikutnya.
B.
Implikasi landasan pedagogik terhadap praktek pendidikan
di sekolah, keluarga dan masyarakat
Penerapan dilingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat tentunya akan
memiliki dasar atau sistem teori yang berbeda. Karena lingkungan tersebut
berbeda, tentunya memiliki karakteristik yang berbeda dan pada aspek lainnya
juga berbeda. Oleh sebab itu pentingnya kita memahami akan karakteristik
lingkungan pendidikan. Hal ini merupakan salah satu kajian daripada pedagodik,
dengan memahami berbagai macam karakteristik lingkungan berimplikasi terhadap
praktik pendidikan yang selaras, serasi, dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Agar kelak manusia yang terdidik akan menjadi manusia yang bermoral dan
berakhlakul karimah.
C.
Implikasi landasan pedagogik terhadap landasan pendidikan
keguruan dan tenaga kependidikan secara nasional dan internasional.
1.
Nasional
Seharusnya landasan pendidikan
keguruan dan tenaga kependidikan secara nasional diharapkan dapat memberikan
perhatian yang lebih terhadap pelaksanaan program pendidikan guru dan tenaga
kependidikan dengan kriteria kelulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas
keguruan di dalam konteks pendidikan (tugas professional, kemanusiaan dan
civic).
Misalnya ada beberapa guru terlambat
datang ke sekolah, berpakain yang berlebihan, kurang kreatif dan inovasi
terhadap model/metode pembelajaran yang dilaksanakan.
2.
Internasional
maju atau tidaknya suatu pendidikan
tentunya adanya korrdinasi yang baik antar berbagai aspek. Guru atau tenaga
kependidikan merupakan komponen penting dalam kemajuan pendidikan. Misalkan ;
Guru-guru di Finlandia untuk sekolah dasar harus sudah bersertifikasi S2
(Magister). Sedangkan di Indonesia, masih S1 bahkan ada yang latar belakang
pendidikannya tidak sesuai dengan pendidikan di sekolah dasar. Finlandia
mungkin saat ini pendidikan masih nomer satu di dunia, namun penulis
menganalisa juga bahwa Finlandia hanya memiliki warga seikitar 5 juta jiwa
mendiami lebih dari 330.000 km2, sehingga sekolah dibebaskan biaya. Dengan
kondisi seperti ini juga akan mempengaruhi akan kemajuan pendidikan. Namun ,
hal terpenting saat ini yang saharusnya dilakukan ialah dengan mengoptimalkan
keprofesionalan guru dalam mendidik meskipun dengan segala keterbatasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar